BY. HARNAC
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan tersebut dapat dilihat dari Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara.
Tiga corak kehidupan masyarakat praaksara meliputi masa berburu dan meramu (food gathering), masa bercocok tanam (food producing), dan masa perundagian. Masing-masing masa dalam corak kehidupan masyarkat praaksara tersebut memiliki beberapa ciri khasnya masing-masing
1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)
Corak kehidupan masyarakat praaksara diawali dengan masa berburu dan meramu (food gathering). Manusia kala itu bertahan hidup dengan mengandalkan ketersediaan makanan dari alam seutuhnya. Oleh karena itu, mereka hidup berpindah pindah (nomaden). Jenis manusia purba yang mengalami kehidupan corak ini adalah meganthropus dan Pithecantropus
Pola kehidupan nomaden manusia purba dilakukan karena alasan berkurangnya binatang buruan dan umbi-umbian di daerah yang ditinggali, musim kemarau membuat binatang buruan berpindah tempat, serta karena mereka ingin menemukan daerah yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya kembali.
Manusia pada masa berburu dan meramu hidup mengembara dengan menjadikan goa goa sebagai hunian keluarganya. Sebagian lain ada pula yang tinggal di daerah pantai. Hal ini didasari oleh penemuan beberapa artefak seperti kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, alat serpih, dan alat-alat dari tulang lainnya pada daerah-daerah tersebut. Kendati demikian alat-alat tersebut terbilang masih sangat sederhana dan kasar.
2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing)
manusia purba mulai hidup menetap dan menanam tanaman untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Bila tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi, barulah mereka berpindah untuk mencari lahan baru untuk ditanami. Dan manusia purba sudah melakukan pertanian berbentuk perladangan secara berpindah-pindah yang diawali dengan kegiatan membakar hutan, dibersihkan dan ditebarkan benih – benih tanaman
Karena kelompok yang mulai besar dan pola kehidupan nomaden mulai ditinggalkan, maka kehidupan perkampungan mulai dikenal corak kehidupan masyarakat praaksara pada masa ini. Adanya aturan, sikap gotong royong, kebersamaan, dan pemimpin diperkirakan mulai ada dan semakin membuat kehidupan mereka lebih tertata.
Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah mengenal beberapa alat dengan teknologi sederhana seperti mata panah, gerabah, beliung persegi, kapak lonjong, perhiasan, serta bangunan megalitikum keagamaan seperti menhir, dolmen, punden berundak, sarkofagus, kubur batu, waruga, arca.
3. Masa Perundagian
Masa perundagian atau masa pertukangan adalah masa dimana corak kehidupan masyarakat praaksara ditandai dengan adanya teknologi pembuatan berbagai perkakas untuk menunjang kehidupan. Masa perundagian dilatarbelakangi oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah, pengalaman dari kegiatan pertanian, serta perkembangan kemampuan akal. Dan kehidupan pun sudah menetap.
Pada masa ini, manusia purba mulai mengenal dan dapat memperkirakan gejala alam, sistem sosial yang tertata,dan mengetahui cara melebur bijih logam. Oleh karena itu, pada masa ini kita dapat menemukan berbagai peninggalan perkakas yang terbuat dari besi, perunggu, dan logam jenis lainnya. Dan masa perundagian ini dibagi atas tiga bagian yaitu zaman Tembaga, zaman Perunggu dan zaman Besi
Kehidupan manusia purba memiliki beberapa pola kehidupan, seperti :
1. Pola kehidupan Nomaden
Ciri – cirinya terdiri dari :
• Selalu berpindah
• Tergantung pada alam
• Belum mengolah bahan makanan
• Hidup dari hasil mengumpulkan makanan dan berburu
• Belum memiliki tempat tinggal
• Peralatan hidup masih sederhana
2. Pola kehidupan Semi Nomaden
Ciri – cirinya terdiri dari :
• Masih berpindah-pindah
• Masih bergantung pada alam
• Sudah mulai mengenal cara mengolah makanan
• Peralatan hidup sudah lebih baik
• Memiliki tempat tinggal sementara
3. Pola kehidupan Menetap
Ciri – cirinya terdiri dari :
• Telah hidup menetap dengan memiliki tempat tinggal
• Telah dapat memelihara ternak
• Mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam
• Sudah mengenal kepercayaan ( animisme, dinamisme dan totemisme )